Sabtu, 18 Juli 2009

Ikhlas dan Niat dalam Segala Perilaku Kehidupan

Dari Amiril Mukminin Abu Hafsh Umar bin Khathab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurth bin Razah bin Adiy bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib Al Qurasyiy Al Adawiy ra., ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: “Setiap amal disertai dengan niat. Setiap amal seseorang tergantung dengan apa yang diniatkannya. Karena itu, siapa saja yang hijrahnya (dari Makkah ke Madinah) karena Allah dan Rasul-Nya (melakukan hijrah demi mengagungkan dan melaksanakan perintah Allah dan utusan-Nya), maka hijrahnya tertuju kepada Allah dan Rasul-Nya (diterima dan diridhai Allah). Tetapi siapa saja yang melakukan hijrah demi kepentingan dunia yang akan diperolehnya, atau karena perempuan yang akan dinikahinya, maka hijrahnya sebatas sesuatu yang menjadi tujuannya (tidak diterima oleh Allah).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah Abdurrahman bin Shakhr ra., ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada tubuh kalian dan tidak pula kepada rupa kalian, tetapi Dia memandang kepada hati kalian.” (HR. Muslim)

Dari Abu Abdirrahman bin Abdullah bin Umar bin Khaththab ra., ia berkata : Saya mendengar Rasulullah saw bercerita: “Sebelum kalian ada tiga orang sedang berjalan-jalan, kemudian mereka menemukan sebuah gua yang dapat digunakan untuk berteduh dan mereka pun masuk, tiba-tiba ada batu yang besar dari atas bukit menggelinding dan menutupi pintu gua, sehingga mereka tidak dapat keluar. Salah seorang di antara mereka berkata: “Sungguh tidak ada yang dapat menyelamtkan kalian dari bahaya ini, kecuali bila kalian berdoa kepada Allah SWT dengan menyebutkan amal-amal saleh yang pernah kalian perbuat.”Kemudian salah seorang di antara mereka berdoa: “Ya Allah, saya mempunyai orang tua yang sudah renta. Kebiasaanku, mendahulukan mereka minum susu sebelum saya berikan kepada anak isteri dan budakku. Suatu hari, saya terlambat pulang karena mencari kayu namun keduanya sudah tidurdan aku enggan untuk membangunkannya, tetapi saya terus memerah susu untuk persedian keduanya. Walaupun demikian saya tidak memberikan susu itu kepada keluarga maupun kepada budakku sebelum keduanya minum. Dan saya menunggunya hingga terbit fajar. Ketika keduanya bangun, kuberikan susu itu untuk diminum, padahal semalam anakku menangis terisak-isak minta susu sambil memegangi kakiku. Ya Allah , jika berbuat itu karena mengharapkan ridha-Mu, maka geserkanlah batu yang menutupi gua ini.”Kemudian bergeserlah sedikit batu itu, tetapi mereka belum bisa keluar dari gua itu. Orang kedua pun melanjutkan doanya:”Ya Allah, sesungguhnya saya mempunyai saudara sepupu yang sangat saya cintai.” Dalam riwayat lain disebutkan: “Saya sangat mencintainya sebagaimana orang laki-laki mencintai perempuan, saya selalu ingin berbuat zina dengannya, tetapi ia selalu menolaknya. Beberapa tahun kemudian, ia tertimpa kesulitan. Ia pun datang untuk minta bantuanku, dan saya berikan kepadanya seratus dua puluh dinar dengan syarat menyerahkan dirinya kapan saja saya menginginkan.”Pada riwayat lain: “Ketika saya berada di antara kedua kakinya, ia berkata:”Takutlah kamu kepada Allah. Janganlah kamu sobek selaput daraku kecuali dengan jalan yang benar.” Mendengar yang demikian saya meninggalkannya dan merelakan emas yang aku berikan, padahal dia orang yang sangat saya cintai. Ya Allah, jika perbuatan itu karena mengharapkan ridha-Mu, maka geserkanlah batu yang menutupi gua ini.”Kemudian bergeserlah batu itu, tetapi mereka belum bisa keluar dari gua itu. Orang yang ketiga melanjutkan doanya: “Ya Allah, saya mempekerjakan beberapa karyawan dan digaji dengan sempurna, kecuali ada seorang yang meninggalkan saya dan tidak mau mengambil gajinya terlebih dulu. Kemudian gaji itu saya kembangkan sehingga menjadi banyak. Selang beberapa tahun, dia datang dan berkata:”Wahai hamba Allah, berikanlah gajiku!” Saya berkata:”Semua yang kamu lihat baik unta, sapi, kambing maupun budak yang mengembalakannya, semua adalah gajimu.” Ia berkata:”Wahai hamba Allah, janganlah engkau mempermainkan aku.” Saya menjawab:”Saya tidak mempermainkanmu.” Kemudian diapun mengambil semuanya itu dan tidak meninggalkannya sedikitpun. Ya Allah, jika perbuatan itu karena mengharapkan ridha-mu, maka singkirkanlah batu yang menutupi pintu gua ini.” Kemuadian bergeserlah batu itu dan mereka pun bisa keluar dari dalam gua.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar