Minggu, 12 Juni 2011

Jilbabku, Kehormatanku

oleh : Handayani

Part II

Cihuy Aku Dapat Hadiah



Ramadhan oh Ramadhan. Bulan yang selalu kunantikan. Bulan penuh keberkahan. Bulan penuh ampunan. Bulan penuh kemuliaan. Siapa yang tak ingin mendapatkannya? Semua orang beriman pasti menginginkannya. Termasuk aku. Karena aku puasa berarti aku orang beriman yang diseru untuk menjalankan puasa Ramadhan.


“Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.”

Siapa yang tidak tahu ayat itu? Tentu semua sudah tahu. Bahkan hafal alias nglothok. Hatiku berdesir. Ramadhan kali ini Allah akan kasih hadiah apa ya padaku? Tanyaku dalam hati sambil berangan-angan mendapat hadiah istimewa dari-Nya.

“Ya Rabb…beri aku hadiah terbaik dari-Mu di bulan Ramadhan ini, aamiin,” doaku lirih penuh pengharapan.

***

“Sahur….sahur…Nduk sahur….” Terdengar suara lembut ibu membangunkanku.

“Nggih bu..jam berapa tho Bu..? Tanyaku sambil merem melek setengah sadar.

“Jam tiga Nduk. Ayo bangun sekarang…semua sudah bangun itu lho…,” kejar Ibu membangunkanku.

“Nggih nggih Bu…bangun…!”



Malam pertama sahur. Sangat kunikmati. Suasana religiusnya menyenangkan hati. Riuh nada kentongan membangunkan orang tidur agar segera sahur, terdengar merdu. Sesekali bergantian dengan tilawatil qur’an di masjid yang berjarak 100 meter saja dari rumahku. Yach terdengar indah merasuk kalbu. Menggetarkan seluruh syarafku. Belum suasana kebersamaan saat makan sahur. Subhanallah. Nikmat yang begitu indah. Rasa yang paling indah bagi orang yang menyadarinya bahwa itu sebuah nikmat yang begitu indah.


Alhamdulillah kenyang. Tidak khawatir akan lemas nanti siang. Makhlum anak usia remaja makannya selalu banyak. Tidak laki-laki tidak perempuan sama saja menurutku. Banyak makannya. Karena tubuh mereka lebih banyak membutuhkan nutrisi agar bersemangat menghadapi hari terutama di bulan puasa.

Selepas sahur, entah kenapa terbesit keinginanku menyetel radio. Yach banyak kuis di sana. Tak hanya radio, televisi pun juga menanyangkan program-program kuis berhadiah. Apalagi di bulan Ramadhan. Subhanallah. Banyak berkah banyak hadiah. Makanya takkan kubiarkan kesempatan ini.


“Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarakatuh. Bagaimana kabar pendengar setia Gajahmada? Sudah sahur semua. Tentunya sudah dong. Yang belum sahur ayo segera sahur. Sahur sahur..Sebentar lagi subuh ayo sahur….sahur…” riuh mbak Vina, penyiar sebelum ia buka kuisnya.

“Saatnya kuissssss berhadiah…asyiiikkk…ayo siap-siap siapa yang mau gabung…dengerin ya…” lanjutnya.

“Punya pengalaman unik menarik seputar mie Gaga dan kreasinya…waahhh tentu banyak dong cerita nya…ayo bagi-bagi pengalamannya…cerita yang paling menarik dengan kreasi masakan yang unik akan mendapat hadiahpaket mie gaga dan uang lima puluh ribu rupiah…weee menarik kan.. ditunggu sepuluh penelpon pertama…”

Aku tertarik. Asyik. Itu kan mudah banget buatku. Semoga aku bisa menang. Lumayan kalau menang aku bisa beli seragam putih satu dan jilbab satu. Jadi kalau liburan puasa selesai lalu masuk sekolah aku sudah bisa memakai jilbab. Ya Allah berikanlah aku hadiah terbaik di Ramadhan-Mu.

“Hallo…Gaga kuis…” ucapku lewat udara.

“Gaga kuiss..dengan siapa ini?”

“dengan Zahra.”

“Silakan cerita dan kreasinya.”

“Jadi setiap malam bulan Muharram kami sekeluarga biasa melek-melek. Selalu ada makanan dan minuman yang menemani. Saat itu kami butuh makanan ringan yang mengenyangkan. Tapi karena sudah larut malam tidak ada warung yang buka untuk beli makanan. Terlalu jauh kalau harus sampai jalan raya. Di sana banyak penjual gorengan dan lainnya. Namun teringat di lemari ada mie Gaga. Segera aku rebus mienya. Setelah matang aku buang airnya lalu kutambahkan bumbu instan yang ada di dalam mie. Kucampur dengan telur. Kemudian mie digoreng setiap satu sendok sayur. Tak perlu ditambah bumbu lainnya. Karena bumbu instannya saja sudah enak. Tra laaa… mie sarang burung sudah jadi. Hmmm enak…” begitulah ceritaku.

“Wah seru banget…terima kasih Zahra,” tutup mbak Vina.

“Ayo ditunggu penelpon selanjutnya.”

Hatiku lega. Akhirnya telpon dariku bisa masuk juga. Tinggal menunggu. Telingaku tak mau berhenti mendengarkan serunya kuis kali ini. Dari cerita yang aku dengar, sepertinya ceritakulah yang paling seru dan unik kreasinya. Semoga saja aku menang. Ya Allah berikanlah hadiah terbaik di Ramadhan-Mu.

“saatnya pengumuman siapa yang ceritanya paling menarik dengan kreasi masakan yang unik. Dari sepuluh penelpon hampir semua masakannya hanya di rebus atau dijadikan mie goreng saja. Tapi eits tunggu dulu ternyata ada satu penelpon yang dibuat apa tadi namanya…ya… mie sarang burung…hayoo. Siapa tadi yang menelpon… Yup mbak Zahra yang berhak mendapatkan hadiah paket mie Gaga dan uang lima puluh ribu rupiah. Silakan mbak Zahro menelpon kembali untuk informasi pengambilan hadiah. Selamat yach….” Pungkas mb Vina.


Alhamdulillah Ya Allah. Terima kasih Kau telah beri aku hadiah terbaik dan terindah di Ramadhan-Mu. Aku sontak kegirangan. Ibuku, bapakku, kedua kakaku dan adik-adikku semuanya senang. Tidak biasanya ikut kuis bisa menang. Sekali lagi alhamdulillah Ya Allah.


Keesokan harinya aku dengan ibu pergi mengambil hadiah. Masih melekat kebahagiaan itu di hatiku. Setelah selesai aku segera membelanjakannya untuk membeli seragam putih panjang baru dengan harga dua puluh satu ribu dan jilbab baru hanya lima belas ribu. Alhamdulillah paling tidak aku ke sekolah bisa memakai jilbab. Meski baru satu jilbabku tapi aku tidak peduli. Allah pasti menunjukkan jalan-Nya untukku. Sudah terbukti. []yanie

Jilbabku, Kehormatanku

oleh Handayani Budiman pada 05 Juni 2011 jam 17:00

Part I

Alhamdulillah, Hidayah itu Datang Padaku

“Astaghfirullah…astagfirullah..! Tidak..tidak…! Muslimah berjilbab tidak sepantasnya berbuat seperti itu. Astaghfirullah…astaghfirullah..,” ucapku lirih pasca melihat hal yang tak seharusnya kulihat. Segera kuberanjak, berlari dari kelas tersebut.



Tersadar. Tersadar bila ingat peristiwa itu. Aku tersadar kalau aku sebenarnya jauh dari Tuhanku. Buktinya aku telah melupakan perintah Tuhanku Yang Maha Pengasih dan Penyayang terhadap hamba-Nya. Aku lupa perintah berjilbab wajib untuk muslimah. Entah lupa atau belum tersadar atau pingsan atau sengaja mengingkari perintah tersebut, kini aku menyesal.Kenapa dia yang harus berjilbab, tetapi tak mampu menjaganya.



Mengusik. Peristiwa itu sangat mengusik. Aku bertekad ingin menjadi muslimah yang taat akan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya termasuk menjauhi akhlaq yang tidak baik. Aku tak ingin jilbabku mencoreng wajah muslimah lainnya seperti halnya saat peristiwa itu. Aku melihat seorang teman yang berjilbab sedang berpacaran dan melakukan hal-hal yang tidak senonoh di kelas ketika jam istirahat. Astaghfirullah. Istighfar terus menerus terangkai dalam hati dan lisanku mengingat kejadian itu. Na’udzubillahmindzalik.



Suatu malam aku hendak meneguhkan hatiku. Hati yang selalu menggebu untuk menutup auratku. Ku beranikan diri menyatakan keinginanku berjilbab kepada ibu tercintaku.

“Bu..Zahra minta ijin untuk berjilbab. Boleh?, Tanya Zahra sambil merajuk manja pada ibunya.

“Berjilbab? Serius?” Tanya ibu sembari mengeryitkan dahinya.

“Iya. Serius,” jawabku penuh keyakinan 100%.

“Tapi ibu ndak punya uang untuk mbeliin kamu seragam baru, jilbab baru, baju panjang baru Nduk. Trus gimana kamu mau berjilbab?”, Tanya ibu.

“Kalau ibu sudah mengijinkan, insya Allah ada jalan keluar. Kakaknya Septi yang berjilbab itu kan sudah lulus Bu. Nanti Zahra mau minta seragam bekasnya. Lagian kakaknya Septi kan tinggi Bu kayak aku. Trus Septinya kecil jadi kemungkinan bajunya tidak dipakai Septi.” Jawabku.

“Ya sudah. Alhamdulillah ibu senang. Ibu doakan semoga niat baikmu mendapat kemudahan Gusti Allah.”

“Aamiin..”



Syukur alhamdulillah. Aku menghela nafas lega. Segera ku susun jadwal silaturahim ke rumah Septi, sahabat karib SMP yang sejak saat itu ia satu-satunya siswa yang berjilbab di sekolah. Subhanallah. Walhamdulillah. Aku jadi malu sendiri. Kesadaran berjilbab baru aku dapatkan ketika kelas dua SMA. Tapi tak apalah, lagi lagi syukur alhamdulillah dapat hidayah berjilbab.



Kini aku lebih sering membaca buku tentang jilbab, kisah-kisah inspiratif tentang jilbab sampai siapa saja yang boleh melihat kita ketika tidak memakai jilbab. Aku tak ingin berjilbab hanya mengikuti tren, atau ikut-ikutan. Bila niatnya demikian pasti tak akan bertahan lama. Niatku berjilbab karena ingin memenuhi kewajibannku sebagai seorang muslimah. Semua harus berdasarkan ilmu dan kepahaman akan berjilbab.



Keesokan harinya.

“Assalamu’alaikum…”, salam dariku sembari mengetuk rumah Septi.

“Wa’alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh..Eehh Zahra..masuk yuk…” jawab Septi.

“Hey..aku punya kabar gembira lho…!

“Apa itu Ra?”

“Aku mau pake jilbab..” jawabku sembari tersenyum leba. Senyum paling manis. Kalau bisa dicicipi, senyumku lebih manis dari madu. Itu tandanya aku sangat berbahagia.

“Alhamdulillah akhirnya sahabatku ini berjilbab juga. Bisa bantu apa nih..” tawar septi.

“Tahu banget aku butuh bantuan..he..he..Iya nich, aku butuh seragam bekas mbak Fika yang baru lulus kemarin. Kamu pake nggak?”

“Boleh banget…aku kan udah punya seragam sendiri jadi seragam mbak Fika buat kamu aja..”

“Alhamdulillah…akhirnya…”



Aku senang sekali. Kembali aku bersyukur. Alhamdulillah satu masalah sudah ada jalan keluarnya. Kini aku sudah mendapat dua rok panjang, meski yang satu tampak cingkrang kalau dipakai. Tapi aku merasa sangat bersyukur telah mendapatkannya. Untuk seragam atasan lengan panjang sepertinya di lemari ada. Baju putih kakak yang tak lagi berwarna putih cerah kurasa masih bisa dan layak dipakai. Paling tidak itu menurut kacamataku.

“Yaa Rabb..alhamdulillah Kau tunjukkan jalan-Mu. Bantulah aku menyusuri indahnya perjalanan memenuhi perinta-Mu, menggapai ridho-Mu.”[]yanie=zahro